Rabu, 20 Januari 2016

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERCERITA ANAK DENGAN MEDIA GAMBAR


MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERCERITA ANAK DENGAN  MEDIA GAMBAR
 TAHUN PELAJARAN 2014/2015

                                                          
PROPOSAL




 









OLEH:


DWI RATNAWATI
NPM : 1386207045

PROGRAM STUDI PG-PAUD
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
BINA INSAN MANDIRI SURABAYA
2015










MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERCERITA ANAK DENGAN  MEDIA GAMBAR
 TAHUN PELAJARAN 2014/2015




A. Latar Belakang

Pendidikan bahasa, merupakan salah satu aspek proses pembelajaran dasar yang perlu dikembangkan sejak dini. Dalam proses pendidikan pengembangan kemampuan berbahasa merupakan hal dasar yang perlu mendapat perhatian serius, kemampuan berbahasa merupakan modalitas utama bagi siswa untuk mengikuti proses pembelajaran dalam setiap jenjang pendidikan, tidak terkecuali pada jenjang pra sekolah. Oleh sebab itu pembelajaran bahasa perlu ditanamkan sejak dini pada proses pendidikan di Taman Kanak-kanak. Salah satu indikator perkembangan bahasa pada anak-anak usia dini adalah kemampuan bercerita (Moeslichatoen, 2004:10).
Bercerita, merupakan sarana yang sangat penting dalam kehidupan anak yaitu sebagai alat komunikasi, yaitu untuk mengekpresikan, menyatakan atau menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan kepada orang lain. Untuk dapatnya bercerita diperlukan keterampilan khusus, ingatan yang baik, dan latihan agar siswa mampu mengembangkan semua imajinasinya (Musfiroh, 2005 : 14)
Berdasarkan hasil pengamatan dan fakta-fakta menunjukkan bahwa kemampuan bercerita pada siswa kelompok B TK Bahrul Ulum Surabaya masih belum memuaskan, dalam arti sebagian besar masih belum mampu memenuhi target kompetensi dasar jika diberi tugas untuk bercerita. Dari 30 siswa hampir 77% masih mendapat nilai dan ¶¶, sekitar 23% hanya mampu mendapatkan nilai ¶¶¶ atau mampu bercerita secara mandiri, dan belum ada yang mampu memperoleh nilai ¶¶¶¶.
Berdasarkan hasil pengamatan di dalam kelas dan data hasil belajar siswa kelompok B TK Bahrul Ulum Surabaya tahun pelajaran 2014/2015, diduga rendahnya kemampuan bercerita siswa dalam proses pembelajaran bahasa disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut:
1.    Proses pembelajaran bahasa, khususnya pelajaran bercerita dianggap pelajaran yang sulit dan kurang menarik, sehingga siswa sering merasa takut dan tidak bergairah sehingga pembelajaran bercerita adalah pembelajaran yang paling tidak disukai dan membosankan.  
2.    Guru berasumsi bahwa siswa yang pandai dan lancar berbicara dianggap telah mampu untuk bercerita, akibatnya kurang melatih siswa bercerita secara intensif.
3.    Pembelajaran bercerita selama ini berorientasi pada pembiasaan, misalnya guru memberikan suatu tema, dan guru kurang memperhatikan minat serta kelemahan siswa sehingga potensi siswa kurang berkembang.
4.    Belum semua guru terbiasa atau mampu membuat dan menggunakan alat peraga yang sesuai sebagai alat bantu pembelajaran yang memudahkan siswa untuk mengembangkan konsep-konsep bercerita dengan panduan media gambar.
Mencermati kondisi tersebut jika tidak segera diperbaiki akan menjadi masalah terhadap pengembangan bahasa siswa, karena kemampuan berbahasa merupakan kemampuan dasar yang sangat penting dalam menunjang proses pembelajaran selanjutnya. Berdasarkan kondisi di atas peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan tema penelitian yang berjudul: Meningkatkan Kemampuan Bercerita Anak Melalui Media Gambar Tahun Pelajaran 2014-2015.    

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dikemukakan rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana kemampuan bercerita anak tanpa media gambar ?
2. Bagaimana kemampuan bercerita anak menggunakan media gambar
3. Apakah penggunaan media gambar efektif untuk meningkatkan
    kemampuan bercerita ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan penelitian di atas, tujuan penelitian ini adalah  untuk :
1.    Mengetahui pengaruh penggunaan media gambar dalam proses pembelajaran bercerita terhadap peningkatan kemampuan bercerita anak kelompok B TK ahrul Ulum Surabaya Tahun Pelajaran 2014-2015.
2.    Mengetahui sikap yang ditunjukkan siswa terhadap proses pembelajaran dengan menggunakan media gambar
3.    Mengetahui partisipasi siswa dalam mengikuti proses pembelajaran bercerita dengan menggunakan media gambar.

D. Manfaat Penelitian

Diharapkan hasil penelitian ini akan memberikan manfaat baik secara teoritis maupun praktis sebagai berikut:
1.    Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan teoritis tentang masalah pendidikan anak usia dini. Khususnya, manfaat penggunaan media dalam proses pembelajaran yang mempunyai implikasi bagi pengembangan potensi anak didik
2.    Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi peserta didik maupun guru, khususnya penggunaan media dalam proses pembelajaran.
a.    Peserta didik
1)   Penggunaan media gambar sebagai sumber belajar diharapkan dapat membantu anak untuk mengembangkan imajinasi, mengkaitkan tema-tema dalam gambar dengan pengalaman hidup sehari-hari, lebih berani mengemukakan ide-idenya sehingga anak lebih lancar dalam bercerita.
2)   Penggunaan media gambar sebagai sumber belajar dapat menarik minat dan semangat anak dalam belajar sehingga anak tidak merasa bosan atau mengalami kejenuhan. Media gambar diharapkan dapat membangkitkan rasa ingin tahu anak akan peristiwa atau cerita.

b.    Bagi Guru
Penggunaan media dalam pembelajaran dapat menjadi mendorong guru untuk mengembangkan pengetahuan, lebih kreatif dan inovatif untuk menciptakan media pembelajaran yang menarik untuk menunjang proses pembelajaran.




 


E. Kajian Teori

1.    Pengertian Bercerita

Bercerita sebagai bentuk kemampuan verbal atau berbicara merupakan bentuk komunikasi yang paling unik, paling tua dan sangat penting dalam kehidupan masyarakat (Sujanto, 1988: 189). Paling unik karena bercerita melibatkan masalah yang sangat kompleks mulai dari penggunaan alat ucap, cara bertutur dan berbahasa, merangkai peristiwa secara runtut, memilih kata atau kalimat yang tepat sehingga apa yang disampaikan mudah dipahami oleh orang lain. Dikatakan paling tua, bercerita banyak digunakan untuk menyampaikan sesuatu sebelum manusia mengenal konsep tentang membaca dan menulis yang merupakan penemuan baru karena sebelumnya manusia banyak menggunakan fungsi berbicara dan mendengar (Andrade, & May, 2004: 141).

6
Bercerita adalah menuturkan sesuatu yang mengisahkan tentang perbuatan atau sesuatu kejadian dan disampaikan secara lisan dengan tujuan membagikan pengalaman dan pengetahuan kepada orang lain. Bercerita merupakan cara untuk meneruskan warisan budaya dari satu generasi ke generasi berikutnya (Gordon dan Browne dalam Bachtiar, 2005: 10). Bercerita adalah suatu ungkapan atau ulasan anak sehingga membentuk suatu kalimat berurutan, dan bercerita merupakan suatu stimulan yang dapat membangkitkan anak terlibat secara mental (Rahmah, 2005:87).
Mengacu pada pengertian bercerita di atas maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan bercerita adalah suatu warisan budaya yang dapat diceritakan kembali dengan bentuk ulasan sehingga membentuk suatu kalimat berurutan.

2.    Manfaat metode bercerita

Menurut Moeslichatoen (2004:168) metode bercerita dalam kegiatan pengajaran anak Taman Kanak-kanak mempunyai beberapa manfaat penting bagi pencapaian tujuan pendidikan Taman Kanak-kanak. Dengan bercerita akan terjalin komunikasi dan hubungan secara verbal dan emosional. Bagi anak usia Taman Kanak-kanak mendengarkan cerita yang menarik yang dekat dengan lingkungannya merupakan kegiatan yang mengasyikan. Guru dapat memanfaatkan kegiatan bercerita untuk menanamkan kejujuran, keberanian, kesetiaan, keramahan, ketulusan, dan sikap-sikap positif yang lain dalam kehidupan lingkungan keluarga, sekolah, dan luar sekolah.
Kegiatan bercerita juga memberikan sejumlah pengetahuan sosial, nilai-nilai moral, dan keagamaan. Kegiatan bercerita memberikan pengalaman belajar untuk berlatih mendengarkan. Melalui mendengarkan anak memperoleh informasi tentang pengetahuan, nilai dan sikap untuk dihayati dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

3.    Bercerita sebagai wujud keterampilan berbicara

Kegiatan bercerita meliputi banyak aspek yang harus diberikan agar  anak bisa dan mampu untuk mengembangkannya. Aspek tersebut meliputi: Berbicara. Berbicara merupakan suatu bentuk perilaku manusia yang memanfaatkan faktor-faktor fisik, psikologis, neorologis, semantik dan linguistik sedemikian eksentif, secara luas sehingga dapat dianggap sebagai alat yang paling penting bagi kontrol sosial (Tarigan,1985:5). Berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekpresikan, menyatakan atau menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan (Tarigan, 1986: 15).
Perkembangan berbicara akan meningkat secara bertahap, kata-katanya akan semakin terang, jelas dan memiliki pesan dan makna tertentu yang merupakan komunikasi verbal yang terkendali. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa selain anak mampu dalam bercerita anak juga terampil dalam berbicara.

4.    Hubungan Antara Kemampuan Bahasa dengan Bercerita

Bahasa merupakan alat komunikasi utama bagi seorang anak untuk mengungkapkan berbagai keinginan maupun kebutuhannya (Depdiknas, 2000:5). Berbahasa anak merupakan langkah awal dalam memahami perkembangan bahasa anak secara individual, termasuk di dalamnya mendeteksi kemampuan membaca dan menulis (Depdiknas, 2000:17).
Berdasarkan uraian di atas dapat di simpulkan bahwa bahasa adalah alat komunikasi utama bagi anak yang merupakan langkah awal dalam perkembangan bahasa anak.Kegiatan bercerita meliputi banyak aspek yang harus diberikan agar anak bisa dan mampu untuk mengembangkanya. Aspek tersebut meliputi; kebahasaan, pengamatan dan lain-lain. Jika mereka mampu menguasai bahasa dengan baik, baik melalui bahasa ibu maupun bahasa yang mereka terima, dengan demikian mereka mampu untuk bercerita.
Bahasa pun bisa mereka miliki melalui pergaulan atau juga lingkungan sekitar. Jika anak kurang dalam pergaulan dengan teman-teman sebayanya mereka akan menjadi pendiam. Dengan kepribadian yang pendiam itu, mereka akan mengalami kesulitan dalam bercerita.

F. Kajian Penelitian Yang Relevan

Media gambar sebagai media pembelajaran banyak memberikan manfaat dalam proses belajar mengajar menurut Rumampuk (Anitah, 2008:12) menjelaskan beberapa fungsi penggunaan media gambar sebagai media pembelajaran sebagai berikut:
a.    Media  gambar dapat membangkitkan motivasi belajar
b.    Media gambar dapat mempermudah mengulang apa yang telah di pelajari,
c.    Media  gambar dapat menyediakan stimulus belajar dengan cara baru
d.   Media  gambar mudah mengaktifkan respon siswa,
e.    Media  gambar dapat membangkitkan minat siswa untuk memberikan umpan balik dengan cepat dan segera,
f.     Media  gambar dapat memberi dorongan latihan yang pasti.
Menurut Sudjana (1989: 2) menjelaskan manfaat media pembelajaran adalah:
a.    Pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi bekajar.
b.    Bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga lebih dapat dipahami oleh siswa dan memungkinkan siswa menguasai tujuan pembelajaran dengan baik.
c.    Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata melalui penuturan kata-kata guru sehingga tidak membosankan.
d.   Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya mendengar uraian guru tetapi juga ikut mengamati, melakukan demontrasi, dan lain-lain.

G. Kerangka Pemikiran

Bagi siswa TK kelas B, tugas bercerita merupakan suatu tugas dalam pembelajaran cukup sulit, kesulitan-kesulitan yang sering dialami siswa umumnya adalah siswa tidak tahu dari mana mereka harus mengawali ceritanya, merangkai alur cerita secara runtut, sulitnya menceritakan gagasan dan mengembangkan imajinasi dalam bentuk kalimat, serta mengakhiri cerita tersebut.
Pada proses bercerita tersebut, umumnya guru memberikan bimbingan, pengarahan secara verbal dengan tujuan memancing siswa agar lebih mudah menceritakan tema-tema dengan bahasanya sendiri. Namun, panduan secara verbal/lisan yang diberikan guru terkadang malah sering menjadi penyebab kebinggungan, karena dengan mendengarkan arahan guru konsentrasi siswa menjadi terpecah dan hal ini sering memutus alur tema yang harus diceritakan. Hal-hal inilah yang sering menjadi hambatan yang mengganggu kelancaran siswa dalam bercerita karena siswa harus memperhatikan pengarahan guru. Terganggunya konsentrasi ini akan "mengacaukan" ide-ide yang sudah tersusun dalam benak siswa, akibatnya siswa menjadi kurang lancar dalam bercerita.
Penggunaan media gambar, diharapkan dalam meminimalisir terpecahnya konsentrasi siswa. Dengan media gambar, perhatian siswa hanya terfokus secara visual pada tema-tema dalam gambar. Gambar yang menjadi padauan dapat memberikan informasi lebih luas, dan siswa dapat menterjemahkan informasi-informasi yang diperoleh secara visual dari gambar sesuai dengan pengalaman pribadi, imajinasinya.
Hal ini juga dijelaskan oleh Musfiroh, (2005:95) bahwa dengan melihat suatu media tertentu maka anak akan lebih mudah untuk mengembangkan kemampuan bercerita. Dalam bercerita anak akan lebih mudah menyalurkan kebutuhan imajinasi dan fantasi, mengembangkan dan memacu kemampuan verbal. Dengan demikian anak lebih bebas dan leluasa menceritakan tema-tema dalam gambar menggunakan referensi pengalaman, imajinasi, daya ingat dengan alur cerita dan bahasanya sendiri.
Selain itu, penggunaan media gambar dalam pembelajaran dapat meningkatkan minat anak dalam belajar. Namun penggunaan media gambar harus selektif, dalam arti gambar-gambar atau ilustrasi dalam media harus akrab (familiar) dengan dunia anak-anak. Bagi anak-anak usia dini, cerita fabel atau dunia hewan lebih akrab dan dikenali dibanding dengan cerita-cerita lain, selain itu hal-hal yang berkaitan dengan lingkungan keluarga dan teman sebaya juga dapat menjadi tema cerita yang menarik bagi anak-anak.
Berdasarkan kerangka berpikir tersebut, maka penggunaan media gambar sangat efektif untuk meningkatkan kemampuan bercerita anak. Dengan media gambar anak bisa menyampaikan dan menjelaskan suatu ide melalui ilustrasi anak tentang gambar tersebut, dan mampu menceritakannya dengan bahasanya sendiri.

H.Hipotesis Tindakan

Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalah penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul (Arikunto, 2006 : 71).
Jika siswa TK dibelajarkan dengan menggunakan media gambar dalam pengembangan bahasa maka kemampuan bercerita mereka akan meningkat secara signifikan.






 


I. Setting Penelitian

a.Subjek, Lokasi dan Waktu Penelitian

1.    Subjek Penelitian
Sesuai dengan masalah yang diteliti maka penelitian ini dilakukan pada siswa kelompok B di Taman Kanak-kanak Bahrul Ulum Surabaya, Tahun Pelajaran 2009-2010. Subjek penelitian ini adalah siswa kelompok B TK Bahrul Ulum yang berjumlah 30 siswa, yang terdiri dari 18 siswa laki-laki dan 12 siswa perempuan. Peneliti sebagai pengajar di kelas tertarik untuk meneliti kelas tersebut dikarenakan memiliki nilai rata-rata kurang pada pembelajaran bercerita dibanding pada kelompok siswa sebelumnya.
2.    Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Taman Kanak-kanak Bahrul Ulum Surabaya yang terletak di Jalan Wiyung II/10 Kecamatan Wiyung Surabaya.  Taman Kanak-kanak Bahrul Ulum ini berada di bawah naungan Yayasan Ta’mir Masjid Syuhada’. Keadaan lingkungan di sekitar sekolah dekat dengan masjid dan jalan raya. Status sosial orang tua siswa rata-rata dari kelompok menengah ke bawah, yang sebagaian besar adalah pegawai swasta.
3.    Waktu penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada waktu kegiatan belajar mengajar berlangsung, dan penelitian tersebut dilaksanakan tiga kali dalam seminggu sehingga siswa sendiri tidak akan merasa bosan dengan pembelajaran bercerita

J. Metode Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas, dimana peneliti sebagai guru kelas memberikan perlakukan/tindakan dan  melakukan observasi dalam kegiatan pembelajaran siswa di kelas. Menurut Arikunto, dkk, (2008:83), bahwa penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama-sama. Tindakan tersebut diberikan oleh guru atau dengan arahan dari guru yang dilakukan oleh siswa
Penelitian dengan judul “Meningkatkan Kemampuan Bercerita Anak dengan Menggunakan Media Gambar, pada siswa Kelompok B TK Bahrul Ulum. Dalam kegiatan penelitian ini rancangan penelitian tindakan kelas merupakan salah satu tahapan melalui 2 siklus yang diperlukan dalam merencanakan dan melaksanakan penelitian, agar langkah-langkah yang diambil  dapat dipertanggungjawabkan.
Menurut Nasution (2006:23), desain penelitian merupakan rencana tentang cara mengumpulkan dan menganalisis data agar dapat dilaksanakan secara ekonomis serta serasi dengan tujuan penelitian itu. Model penelitian pada penelitian ini merujuk pada proses pelaksanaan penelitian yang dikemukakan oleh Kemmis & Taggart (Arikunto, 2007:16-19), yang meliputi menyusun rancangan tindakan (plan), pelaksanaan tindakan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting).ning

K. Prosedur Penelitian dan Definisi Operasional

1.    Variabel Penelitian

Menurut Kerlinger (1997 : 49) variabel adalah suatu simbol atau lambang yang mewakili sifat konsep-konsep atau konstruks yang memiliki bermacam nilai. Dalam penelitian terdapat dua variabel yaitu:
a.    Variabel bebas  : Media bergambar
b.    Variabel terikat : Kemampuan bercerita.

2.    Definisi Operasional

a.    Media gambar adalah sebuah alat yang digunakan untuk pembelajaran yang disajikan dalam bentuk gambar dua dimensi berupa gambar reproduksi bentuk asli dalam dua dimensi yang berupa foto atau lukisan. Dengan media gambar siswa mudah terangsang, lebih tertarik dan cepat memahami materi sehingga mampu merangsang imajinasinya untuk bercerita. Tindakan Penggunaan media gambar dalam proses pembelajaran meliputi tahap-tahap sebagai berikut:
1)   Guru memberikan penjelasan dan motivasi dalam pembelajaran menggunakan media gambar
2)   Guru menyajikan serangkaian gambar berwarna dua dimensi yang berisi sebuah cerita
3)   Siswa diminta untuk memperhatikan dengan cermat, selanjutnya siswa diminta menceritakan tema cerita dalam gambar tersebut
4)   Guru melakukan pengamatan selama siswa menceritakan materi yang ada dalam media gambar
5)   Guru melakukan penilaian mengacu pada lembar penilaian untuk mengetahui kemajuan kemampuan siswa dalam bercerita
6)   Guru melakukan refleksi dan evaluasi untuk melakukan perbaikan dan penyusunan rencana tindakan selanjutnya
b.    Kemampuan bercerita adalah kelancaran anak untuk menceritakan suatu tema dalam media gambar dua dimensi secara runtut dengan menggunakan bahasanya sendiri. Kemampuan bercerita anak dinilai berdasarkan keberanian mengemukakan gagasannya, gaya bahasa, keruntutan, penggunaan kalimat, dan kejelasan suara. Kemampuan bercerita anak dinilai dengan kriteria sebagai berikut :
1)   Skor ¶¶¶¶ berarti anak sangat mampu bercerita
2)    Skor ¶¶¶ berarti anak mampu dengan mandiri
3)   Skor ¶¶ berarti anak mampu dengan dibantu
4)   Skor berarti anak belum mampu
L. Jenis Data

1.    Pengertian

Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar (Sadiman, dkk., 2008:6). Media menurut Gagne (Sadiman,dkk., 2008:6) adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsang untuk belajar. Association for Educational Communicationsand Tehchnology (AECT) (Serial Pustaka Teknologi Pendidikan (2008 : 9) mendifinisikan media sebagai segala bentuk yang di gunakan untuk menyalurkan informasi. Sesungguhnya media pembelajaran pada hakekatnya adalah peralatan fisik untuk membawakan atau menyempurnakan isi pembelajaran. Termasuk di dalamnya, buku, videotape, slide suara, suara guru, tape recorder, modul atau salah satu komponen dari suatu sistem komponen.
Media gambar menurut Gerlach & Ely (Smaldino dkk, 1996:21) mengatakan bahwa gambar tidak hanya bernilai seribu bahasa, tetapi juga seribu tahun atau seribu mil. Melalui gambar dapat ditunjukkan kepada pembelajar suatu tempat, orang dan segala sesuatu dari daerah yang jauh dari jangkauan pengalaman sendiri. Smaldino dkk (1996:21) mengatakan bahwa gambar atau fotogarfi dapat memberikan gambaran tentang segala sesuatu seperti, binatang, orang, tempat atau peristiwa. Gambar diam yang pada umumnya digunakan dalam proses belajar mengajar yaitu, potret, ilustrasi dari buku katalog, gambar cetak. Melalui gambar dapat di terjemahkan ide-ide abstrak dalam bentuk yang lebih realistis. Edgar Dale (Anitah, 2008: 8) mengatakan bahwa gambar dapat mengalihkan pengalaman belajar dari taraf belajar dengan lambang kata-kata ke taraf yang lebih konkrit (pengalaman langsung).
Media gambar adalah salah satu media pembelajaran dua dimensi yang merupakan curahan perasaan manusia terhadap benda asli, media gambar dapat berupa foto atau lukisan. Jadi jelas bahwa media gambar dapat diciptakan oleh guru sendiri sebagai pengganti bentuk asli atau sebenarnya. Media gambar dapat dipergunakan secara efektif bila mempunyai tujuan yang jelas, pasti dan terperinci. Media gambar juga dapat memberikan hasil yang baik karena dapat merangsang indera lihat dan indera dengar sehingga informasi pelajaran yang disampaikan oleh guru dapat dipahami oleh peserta didik.
Sedangkan ilustrasi gambar dalam bercerita adalah untuk memperjelas pesan-pesan yang dituturkan, juga untuk mengikat perhatian anak dalam jalannya cerita (Moeslichatoen, 2004:159). Media gambar yang dipakai dalam penelitian ini adalah gambar diam yang tidak diproyeksikan, manfaat gambar sebagai media visual karena gambar dapat menimbulkan daya tarik bagi pelajar, mempermudah pengertian pelajar, memperjelas bagian-bagian penting serta dengan gambar mampu menyingkat suatu uraian yang panjang (Anitah, 2008: 9)
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa media gambar adalah sebuah alat yang digunakan untuk pembelajaran yang disajikan dalam bentuk gambar dua dimensi dengan tujuan untuk merangsang siswa agar lebih tertarik dan cepat memahami materi sehingga mampu merangsang imajinasinya untuk bercerita. Dengan menggunakan media gambar akan mempermudah anak untuk berilustrasi dan menuangkan semua imajinasinya untuk mengetahui rangkaian cerita.  

2.    Fungsi dan Manfaat Media Gambar

Media gambar berfungsi sebagai alat bentuk visual dalam kegiatan belajar mengajar, yaitu berupa gambar atau sarana yang dapat memberikan pengalaman visual bagi siswa, di antaranya untuk mendorong motifasi belajar, memperjelas dan mempermudah konsep yang abstrak serta mempertinggi daya serap belajar.

3.    Keterkaitan Metode Bercerita dengan Media Gambar

Sesungguhnya proses belajar mengajar di TK itu menyenangkan dengan menggunakan alat atau media pembelajarannya sehingga dapat menstimulasi dan memotivasi anak agar dapat tercapainya tujuan pembelajaran dalam setiap  kegiatan yang direncanakan guru.
Kegiatan bercerita sangat disenangi anak-anak, karena didalamnya terdapat tokoh-tokoh dan jalan cerita yang menarik juga bervariasi sehingga dapat memberikan pengalaman sekaligus informasi yang baru bagi mereka. Media gambar merupakan alat yang dapat menunjang kegiatan bercerita. Di dalam media gambar tersebut terlihat berbagai gambar yang menarik sehingga membuat mereka senang dan siap untuk mendengarkan cerita ibu guru.

4.    Media Gambar sebagai alat sumber belajar

Media gambar merupakan wujud atau alat (media) untuk  belajar bagi  anak-anak usia dini. Media belajar pada anak usia dini pada umumnya merupakan alat-alat permainan. Pada prinsipnya media belajar berguna untuk memudahkan siswa belajar memahami sesuatu yang mungkin sulit/menyederhanakan sesuatu yang kompleks (Suyanto, 2008:40).
Pembelajaran anak usia dini memerlukan sebuah media dan media belajar yang digunakan tidak harus mahal, bahkan dapat diperoleh dari benda-benda yang tidak dipakai tetapi harus dibuat menarik sehingga anak-anak senang dengan kegiatan belajar tersebut. Sedangkan sumber belajar merupakan tempat anak untuk memperoleh informasi, sikap, dan ketrampilan yang ia pelajari (Suyanto, 2008:39).
Sumber belajar yang dapat menunjang kegiatan belajar di Taman Kanak-kanak antara lain meliputi perpustakaan dan berbagai hal yang ada dilingkungan sekitar seperti sawah, bengkel, musium, dan workshop juga dapat digunakan untuk belajar anak.

5.    Bercerita dengan menggunakan gambar-gambar

Gambar-gambar yang dipergunakan sebagai alat peraga, ada dalam sebuah buku dan merupakan gambar seri yang melukiskan jalanya cerita. Sambil bercerita guru memperlihatkan gambar itu satu persatu, sesuai bagian yang diceritakannya. Guru hendaknya selancar mungkin bercerita sehingga anak tidak merasa bahwa ceritanya terputus-putus.
Moeslichatoen (2004:158-159) menjelaskan bahwa cerita yang disampaikan pada anak TK hendaknya jangan terlalu panjang  dan terinci dengan menambahkan ilustrasi gambar dari buku yang dapat menarik perhatian anak, maka teknik bercerita akan berfungsi dengan baik. Untuk menjadi pencerita yang baik guru TK memerlukan persiapan dan latihan penggunaan ilustrasi gambar dalam bercerita dimaksudkan memperjelas pesan-pesan yang ditentukan dan untuk mengikat perhatian anak pada jalannya cerita.

M. Pengumpulan data

Baik buruknya hasil suatu penelitian sebagian tergantung dari teknik-teknik pengumpulan datanya. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ilmiah bermaksud memperoleh bahan-bahan yang relevan, akurat dan reliabel. Untuk memperoleh data seperti yang dimaksud itu, perlunya penelitian menggunakan teknik-teknik, prosedur-prosedur, alat-alat serta kegiatan-kegiatan yang dapat diandalkan (Hadi, 1998 : 25)

1.    Metode Observasi

Dalam penelitiam ini metode yang digunakan untuk memperoleh data,yaitu metode observasi. Di dalam pengertian psikologi menurut Arikunto (2007:156) observasi atau yang disebut pula dengan pengamatan, meliputi kegiatan pemusatan perhatian terhadap sesuatu objek dengan menggunakan seluruh panca indera.
Menurut Arikunto (2007:157) observasi dibedakan menjadi dua, yaitu:
a.    Observasi non-sistematis, yaitu yang dilakukan oleh pengamat dengan tidak menggunakan instrument pengamatan.
b.    Observasi sistematis, yaitu yang dilakukan oleh pengamat dengan menggunakan pedoman sebagai instrumen pengamatan.
Pada penelitian ini peneliti menggunakan jenis observasi sistematis untuk mengamati guru dan siswa dalam proses kegiatan belajar mengajar dengan memanfaatkan buku cerita bergambar. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan lembar data observasi untuk siswa dan untuk guru.

2.    Dokumentasi

Studi dokumentasi, digunakan untuk menggali data-data yang berkaitan dengan jumlah siswa, prestasi belajar sebelumnya, jadwal kegiatan pembelajaran (SKH dan SKM), foto-foto kegiatan serta data-data lain yang relevan dengan tujuan penelitian ini.

N. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian tindakan kelas ini terdiri dari 2 siklus. Tiap siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang ingin dicapai. Untuk melihat kemampuan bercerita anak dilakukan tes. Hasil tes sebagai dasar untuk menentukan tindakan yang tepat dalam rangka meningkatkan kemampuan bercerita anak

1.    Prasiklus

Pada tahap prasiklus ini peneliti melakukan identifikasi masalah, mencakup: mengenali kemampuan awal siswa, melakukan evaluasi pada kegiatan pembelajaran sebelum, dan RPP sebagai bahan untuk melakukan perencanaan pada siklus-1 pada penelitian tindakan kelas.

2.    Siklus I

Pada tahapan siklus-1, langkah-langkah yang dilakukan peneliti meliputi beberapa kegiatan, antara lain :
a.    Perencanaan :
1)   Merencana Pelaksanaan Pembelajaran.
2)   Merencanakan pembelajaran dengan menggunakan media gambar.
3)   Menyediakan media gambar.
4)   Membuat instrumen observasi
5)   Membuat lembar penilaian
6)   Membuat lembar evaluasi pembelajaran.
           b.Tindakan:
1)   Guru mengimplementasikan RPP dengan menggunakan media gambar untuk pembelajaran.
2)   Siswa menggunakan media gambar sebagai panduan mengembangkan kemampuan menceritakan peristiwa dalam gambar secara runtut, sesuai urutan dan tema dalam media gambar tersebut dengan bahasanya sendiri.
b.   Pengamatan / Observasi:
1)   Tindakan guru mengamati siswa selama proses pembelajaran.
2)   Menilai hasil belajar siswa dengan menggunakan alat evaluasi pembelajaran.
c.    Evaluasi dan Refleksi :
Mengadakan evaluasi dan refleksi dari kegiatan perencanaan, pelaksanaan, dan observasi yang dikonsultasikan dengan Pembimbingn Penelitian. Hasil evaluasi dan refleksi pada siklus I digunakan sebagai acuan dalam menyusun perencanaan pada siklus-2

3.    Siklus II

a.    Perencanaan :
1)   Mengumpulkan data yang diperlukan.
2)   Melakukan perbaikan pada RPP dengan menggunakan media pembelajaran gambar.
3)   Menyediakan media pembelajaran gambar hewan
4)   Membuat instrumen observasi
5)   Membuat lembar penilaian
6)   Membuat lembar evaluasi pembelajaran.
b.   Tindakan:
1)   Peneliti mengimplementasikan RPP dengan menggunakan media pembelajaran gambar yang telah diperbaiki dengan lebih intensif
2)   Siswa menggunakan media gambar sebagai panduan mengembangkan kemampuan menceritakan peristiwa dalam gambar secara runtut, sesuai urutan dan tema dalam media gambar tersebut dengan bahasanya sendiri.
c.    Observasi:
1)   Peneliti melakukan pengamatan selama siswa menjalankan proses pembelajaran dengan menggunakan media gambar.
2)   Melakukan penilaian hasil belajar siswa dengan menggunakan lembar penilaian pembelajaran.
d.   Evaluasi dan Refleksi :
Mengadakan evaluasi dan refleksi dari kegiatan perencanaan, pelaksanaan, dan observasi yang dikolaborasikan dengan Pembimbing Penelitian. Jika hasil evaluasi dan refleksi siklus-2 dianggap sudah memadai dalam arti sudah memenuhi indikator kinerja penelitian, maka cukup sampai pada siklus-2. Namun, bila hasil evaluasi dan refleksi  siklus-2 dianggap belum memenuhi indikator kinerja penelitian, maka tindakan dapat dilanjutkan ke siklus-3.
            Siklus-siklus dalam Penelitian Tindakan Kelas dapat divisualisasikan
            seperti bagan berikut ini :

Rekomendasi

Perencanaan

Refleksi

Tindakan

Pengamatan

SIKLUS-1

Perencanaan

Refleksi

Tindakan

Pengamatan

SIKLUS-2













Gambar 3.1. : Langkah-langkah Siklus dalam Tindakan Kelas (Kemmis & Taggart)
Sumber : Suharsimi Arikunto (2007:16-19)

O. Indikator Pencapaian

Indikator pencapaian dalam penelitian ini adalah nilai minimal pencapaian siswa dalam kemampuan bercerita yang ditetapkan dengan tanda ¶¶. Tindakan dianggap telah mencapai indikator kinerja bila 70% siswa telah mampu mencapai ketuntasan penilaian tersebut. Penetapan indikator pencapaian ini disesuaikan dengan kondisi sekolah, seperti batas minimal nilai yang dicapai dan ketuntasan belajar bergantung pada guru kelas yang secara empiris tahu betul keadaan murid-murid di kelasnya (sesuai dengan KTSP).
Untuk mengetahui hasil tes siswa dalam pembelajaran rata-rata kelas digunakan kriteria pemberian skor sebagai berikut:
Tabel 3.4. : Sistem penilaian kemampuan siswa bercerita
Skor
Kode
Kriteria
Kategori
76-100
A
Sangat mampu
¶¶¶¶
51-75
B
Mampu dengan mandiri
¶¶¶
26-50
C
Mampu dengan dibantu
¶¶
0-25
D
Belum mampu

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 





 









DAFTAR PUSTAKA


Andrade, J. and May, J., 2004. Cognitive Psychology. BIOS Scientific Publishers. London
Anitah, S. 2008. Media Pembelajaran. Surakarta ; LPP UNS Press
Arikunto, S. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara
Arikunto, S. 2008. Evaluasi Program Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.
Bachtiar, B. S. 2005. Pengembangan Kegiatan Bercerita, Teknik dan Prosedurnya. Jakarta: Depdikbud
Dale, E. 1993. Audio Visual Methods in Teaching. New York-Chicago-San Francisco-Toronto-London Holl. Richard and Winston
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1996. Metode Khusus Pengembangan Kemampuan Berbahasa. Jakarta
Departemen Pendidikan Nasional. 2000. Permainan Membaca Dan Membaca Di Taman Kanak-kanak. Jakarta: DEPDIKNAS
Gordon, W. 2006. Speed Reading Better Recalling. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Hadi, S. 2000. Statistik Jilid 2. Yogyakarta : Andi Offset
Hamalik, O. 1989. Media Pendidikan.. Bandung : Aditya Bakti
Kerlinger, F. N. 1997. Asas-asas Penelitian Behavioral. Terjemahan : L.R Simatupang. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Moeslichatoen, R. 2004. Metode Pengajaran Di Taman Kanak-kanak. Jakarta: Rineka Cipta
Musfiroh, T. 2005. Bercerita Untuk Anak Usia Dini. Jakarta: Depdiknas.
Purwanto, N 1989. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung : Remaja Karya
Rahmah, H.  S. 2005. Pendidikan Anak Usia Dini. Yogyakarta: IGTKI Press.



Sadiman, A.S., Rahardjo, R., Haryono, A. Dan Rahardjito. 2008. Media Pembelajaran : Pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatannya. Seri Pustaka Teknologi pPnedidikan Nomor. 6. Jakarta : RajaGrafindo Persada.