MENINGKATKAN
KEMAMPUAN BERCERITA ANAK DENGAN MEDIA
GAMBAR
TAHUN PELAJARAN
2014/2015
PROPOSAL
OLEH:
DWI RATNAWATI
NPM :
1386207045
PROGRAM
STUDI PG-PAUD
SEKOLAH
TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
BINA INSAN
MANDIRI SURABAYA
2015
MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERCERITA ANAK DENGAN MEDIA GAMBAR
TAHUN PELAJARAN
2014/2015
A. Latar Belakang
|
Pendidikan bahasa, merupakan salah satu aspek proses
pembelajaran dasar yang perlu dikembangkan sejak dini. Dalam proses pendidikan pengembangan
kemampuan berbahasa merupakan hal dasar yang perlu mendapat perhatian serius,
kemampuan berbahasa merupakan modalitas utama bagi siswa untuk mengikuti proses
pembelajaran dalam setiap jenjang pendidikan, tidak terkecuali pada jenjang pra
sekolah. Oleh sebab itu pembelajaran
bahasa perlu ditanamkan sejak dini pada proses pendidikan di Taman Kanak-kanak.
Salah satu indikator perkembangan bahasa pada anak-anak usia dini adalah kemampuan
bercerita (Moeslichatoen, 2004:10).
Bercerita,
merupakan sarana yang sangat penting dalam kehidupan anak yaitu sebagai alat
komunikasi, yaitu untuk mengekpresikan, menyatakan atau menyampaikan pikiran,
gagasan dan perasaan kepada orang lain. Untuk dapatnya bercerita diperlukan
keterampilan khusus, ingatan yang baik, dan latihan agar siswa mampu
mengembangkan semua imajinasinya (Musfiroh, 2005 : 14)
Berdasarkan
hasil pengamatan dan fakta-fakta menunjukkan bahwa kemampuan bercerita pada
siswa kelompok B TK Bahrul Ulum Surabaya masih belum memuaskan, dalam arti
sebagian besar masih belum mampu memenuhi target kompetensi dasar jika diberi
tugas untuk bercerita. Dari 30 siswa hampir 77% masih mendapat nilai ¶ dan ¶¶, sekitar 23% hanya mampu mendapatkan
nilai ¶¶¶ atau mampu bercerita secara mandiri, dan
belum ada yang mampu memperoleh nilai ¶¶¶¶.
Berdasarkan hasil pengamatan di dalam kelas dan
data hasil belajar siswa kelompok B TK Bahrul Ulum Surabaya tahun pelajaran 2014/2015, diduga rendahnya kemampuan bercerita
siswa dalam proses pembelajaran bahasa disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut:
1.
Proses pembelajaran bahasa, khususnya pelajaran bercerita dianggap pelajaran yang sulit dan kurang menarik,
sehingga siswa sering merasa takut dan tidak bergairah sehingga pembelajaran
bercerita adalah pembelajaran yang paling tidak disukai dan membosankan.
2. Guru berasumsi bahwa siswa yang pandai dan
lancar berbicara dianggap telah mampu untuk bercerita, akibatnya kurang melatih
siswa bercerita secara intensif.
3.
Pembelajaran
bercerita selama ini berorientasi pada pembiasaan, misalnya guru memberikan suatu
tema, dan guru kurang memperhatikan minat serta kelemahan siswa sehingga
potensi siswa kurang berkembang.
4.
Belum semua guru terbiasa atau mampu membuat dan menggunakan alat peraga yang sesuai sebagai alat bantu pembelajaran yang memudahkan siswa untuk mengembangkan konsep-konsep bercerita dengan panduan media gambar.
Mencermati kondisi tersebut jika
tidak segera diperbaiki akan menjadi masalah terhadap pengembangan bahasa siswa, karena kemampuan berbahasa merupakan kemampuan dasar yang sangat penting dalam menunjang proses pembelajaran selanjutnya. Berdasarkan kondisi di atas peneliti
tertarik untuk mengadakan penelitian dengan tema penelitian yang berjudul:
Meningkatkan Kemampuan Bercerita Anak Melalui Media Gambar Tahun Pelajaran 2014-2015.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang di atas, maka dapat dikemukakan rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana
kemampuan bercerita anak tanpa media gambar ?
2. Bagaimana
kemampuan bercerita anak menggunakan media gambar
3. Apakah
penggunaan media gambar efektif untuk meningkatkan
kemampuan bercerita ?
C.
Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan
penelitian di atas, tujuan penelitian ini adalah untuk :
1.
Mengetahui
pengaruh penggunaan media gambar dalam proses pembelajaran bercerita terhadap
peningkatan kemampuan bercerita anak kelompok B TK ahrul Ulum Surabaya Tahun
Pelajaran 2014-2015.
2.
Mengetahui
sikap yang ditunjukkan siswa terhadap proses pembelajaran dengan menggunakan
media gambar
3.
Mengetahui
partisipasi siswa dalam mengikuti proses pembelajaran bercerita dengan
menggunakan media gambar.
D.
Manfaat Penelitian
Diharapkan
hasil penelitian ini akan memberikan manfaat baik secara teoritis maupun
praktis sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Hasil
penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan teoritis tentang masalah
pendidikan anak usia dini. Khususnya, manfaat penggunaan media dalam proses
pembelajaran yang mempunyai implikasi bagi pengembangan potensi anak didik
2. Manfaat Praktis
Hasil
penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi peserta didik maupun
guru, khususnya penggunaan media dalam proses pembelajaran.
a. Peserta didik
1)
Penggunaan
media gambar sebagai sumber belajar diharapkan dapat membantu anak untuk mengembangkan
imajinasi, mengkaitkan tema-tema dalam gambar dengan pengalaman hidup
sehari-hari, lebih berani mengemukakan ide-idenya sehingga anak lebih lancar
dalam bercerita.
2)
Penggunaan
media gambar sebagai sumber belajar dapat menarik minat dan semangat anak dalam
belajar sehingga anak tidak merasa bosan atau mengalami kejenuhan. Media gambar
diharapkan dapat membangkitkan rasa ingin tahu anak akan peristiwa atau cerita.
b. Bagi Guru
Penggunaan media dalam
pembelajaran dapat menjadi mendorong guru untuk mengembangkan pengetahuan,
lebih kreatif dan inovatif untuk menciptakan media pembelajaran yang menarik
untuk menunjang proses pembelajaran.
|
|
E. Kajian Teori
1. Pengertian Bercerita
Bercerita sebagai bentuk
kemampuan verbal atau berbicara merupakan bentuk komunikasi yang paling unik,
paling tua dan sangat penting dalam kehidupan masyarakat (Sujanto, 1988: 189).
Paling unik karena bercerita melibatkan masalah yang sangat kompleks mulai dari
penggunaan alat ucap, cara bertutur dan berbahasa, merangkai peristiwa secara
runtut, memilih kata atau kalimat yang tepat sehingga apa yang disampaikan
mudah dipahami oleh orang lain. Dikatakan paling tua, bercerita banyak
digunakan untuk menyampaikan sesuatu sebelum manusia mengenal konsep tentang
membaca dan menulis yang merupakan penemuan baru karena sebelumnya manusia
banyak menggunakan fungsi berbicara dan mendengar (Andrade, & May, 2004:
141).
6
|
Mengacu pada pengertian bercerita di atas maka dapat disimpulkan bahwa
kemampuan bercerita adalah suatu warisan budaya yang dapat diceritakan kembali
dengan bentuk ulasan sehingga membentuk suatu kalimat berurutan.
2. Manfaat metode bercerita
Menurut Moeslichatoen (2004:168) metode bercerita dalam kegiatan pengajaran
anak Taman Kanak-kanak mempunyai beberapa manfaat penting bagi pencapaian
tujuan pendidikan Taman Kanak-kanak. Dengan bercerita akan terjalin komunikasi
dan hubungan secara verbal dan emosional. Bagi anak usia Taman Kanak-kanak
mendengarkan cerita yang menarik yang dekat dengan lingkungannya merupakan
kegiatan yang mengasyikan. Guru dapat memanfaatkan kegiatan bercerita untuk
menanamkan kejujuran, keberanian, kesetiaan, keramahan, ketulusan, dan
sikap-sikap positif yang lain dalam kehidupan lingkungan keluarga, sekolah, dan
luar sekolah.
Kegiatan bercerita juga memberikan sejumlah pengetahuan sosial, nilai-nilai
moral, dan keagamaan. Kegiatan bercerita memberikan pengalaman belajar untuk
berlatih mendengarkan. Melalui mendengarkan anak memperoleh informasi tentang
pengetahuan, nilai dan sikap untuk dihayati dan diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari.
3. Bercerita sebagai wujud keterampilan
berbicara
Kegiatan bercerita meliputi banyak aspek yang harus diberikan agar anak bisa dan mampu untuk mengembangkannya.
Aspek tersebut meliputi: Berbicara. Berbicara merupakan suatu bentuk perilaku
manusia yang memanfaatkan faktor-faktor fisik, psikologis, neorologis, semantik
dan linguistik sedemikian eksentif, secara luas sehingga dapat dianggap sebagai
alat yang paling penting bagi kontrol sosial (Tarigan,1985:5). Berbicara adalah
kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk
mengekpresikan, menyatakan atau menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan
(Tarigan, 1986: 15).
Perkembangan berbicara akan meningkat secara bertahap, kata-katanya akan
semakin terang, jelas dan memiliki pesan dan makna tertentu yang merupakan
komunikasi verbal yang terkendali. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa
selain anak mampu dalam bercerita anak juga terampil dalam berbicara.
4. Hubungan Antara Kemampuan Bahasa dengan
Bercerita
Bahasa merupakan alat komunikasi utama bagi seorang anak untuk
mengungkapkan berbagai keinginan maupun kebutuhannya (Depdiknas, 2000:5). Berbahasa
anak merupakan langkah awal dalam memahami perkembangan bahasa anak secara
individual, termasuk di dalamnya mendeteksi kemampuan membaca dan menulis
(Depdiknas, 2000:17).
Berdasarkan uraian di atas dapat di simpulkan bahwa bahasa adalah alat
komunikasi utama bagi anak yang merupakan langkah awal dalam perkembangan
bahasa anak.Kegiatan bercerita meliputi banyak aspek yang harus diberikan agar
anak bisa dan mampu untuk mengembangkanya. Aspek tersebut meliputi; kebahasaan,
pengamatan dan lain-lain. Jika mereka mampu menguasai bahasa dengan baik, baik
melalui bahasa ibu maupun bahasa yang mereka terima, dengan demikian mereka
mampu untuk bercerita.
Bahasa pun bisa mereka miliki melalui pergaulan atau juga lingkungan
sekitar. Jika anak kurang dalam pergaulan dengan teman-teman sebayanya mereka
akan menjadi pendiam. Dengan kepribadian yang pendiam itu, mereka akan
mengalami kesulitan dalam bercerita.
F. Kajian Penelitian Yang Relevan
Media gambar sebagai media pembelajaran
banyak memberikan manfaat dalam proses belajar mengajar menurut Rumampuk (Anitah, 2008:12) menjelaskan beberapa fungsi penggunaan media gambar
sebagai media pembelajaran sebagai berikut:
a.
Media gambar dapat membangkitkan motivasi belajar
b.
Media gambar
dapat mempermudah mengulang apa yang telah di pelajari,
c.
Media gambar dapat menyediakan stimulus belajar dengan cara baru
d.
Media gambar mudah mengaktifkan respon siswa,
e.
Media gambar dapat membangkitkan minat siswa untuk memberikan umpan balik dengan cepat dan segera,
f.
Media gambar dapat memberi dorongan latihan yang pasti.
Menurut Sudjana (1989: 2) menjelaskan
manfaat media pembelajaran adalah:
a.
Pembelajaran akan lebih menarik
perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi bekajar.
b.
Bahan pembelajaran akan lebih jelas
maknanya sehingga lebih dapat dipahami oleh siswa dan memungkinkan siswa
menguasai tujuan pembelajaran dengan baik.
c.
Metode mengajar akan lebih bervariasi,
tidak semata melalui penuturan kata-kata guru sehingga tidak membosankan.
d.
Siswa lebih banyak melakukan kegiatan
belajar, sebab tidak hanya mendengar uraian guru tetapi juga ikut mengamati,
melakukan demontrasi, dan lain-lain.
G. Kerangka Pemikiran
Bagi
siswa TK kelas B, tugas bercerita merupakan suatu tugas dalam pembelajaran
cukup sulit, kesulitan-kesulitan yang sering dialami siswa umumnya adalah siswa
tidak tahu dari mana mereka harus mengawali ceritanya, merangkai alur cerita
secara runtut, sulitnya menceritakan gagasan dan mengembangkan imajinasi dalam
bentuk kalimat, serta mengakhiri cerita tersebut.
Pada
proses bercerita tersebut, umumnya guru memberikan bimbingan, pengarahan secara
verbal dengan tujuan memancing siswa agar lebih mudah menceritakan tema-tema
dengan bahasanya sendiri. Namun, panduan secara verbal/lisan yang diberikan
guru terkadang malah sering menjadi penyebab kebinggungan, karena dengan
mendengarkan arahan guru konsentrasi siswa menjadi terpecah dan hal ini sering
memutus alur tema yang harus diceritakan. Hal-hal inilah yang sering menjadi
hambatan yang mengganggu kelancaran siswa dalam bercerita karena siswa harus
memperhatikan pengarahan guru. Terganggunya konsentrasi ini akan
"mengacaukan" ide-ide yang sudah tersusun dalam benak siswa,
akibatnya siswa menjadi kurang lancar dalam bercerita.
Penggunaan
media gambar, diharapkan dalam meminimalisir terpecahnya konsentrasi siswa.
Dengan media gambar, perhatian siswa hanya terfokus secara visual pada
tema-tema dalam gambar. Gambar yang menjadi padauan dapat memberikan informasi
lebih luas, dan siswa dapat menterjemahkan informasi-informasi yang diperoleh
secara visual dari gambar sesuai dengan pengalaman pribadi, imajinasinya.
Hal ini juga dijelaskan oleh
Musfiroh, (2005:95) bahwa dengan melihat suatu media tertentu maka anak akan
lebih mudah untuk mengembangkan kemampuan bercerita. Dalam bercerita anak akan
lebih mudah menyalurkan kebutuhan imajinasi dan fantasi, mengembangkan dan
memacu kemampuan verbal. Dengan demikian anak lebih bebas dan leluasa menceritakan tema-tema dalam
gambar menggunakan referensi pengalaman, imajinasi, daya ingat dengan alur
cerita dan bahasanya sendiri.
Selain
itu, penggunaan media gambar dalam pembelajaran dapat meningkatkan minat anak
dalam belajar. Namun penggunaan media gambar harus selektif, dalam arti
gambar-gambar atau ilustrasi dalam media harus akrab (familiar) dengan dunia
anak-anak. Bagi anak-anak usia dini, cerita fabel atau dunia hewan lebih akrab
dan dikenali dibanding dengan cerita-cerita lain, selain itu hal-hal yang
berkaitan dengan lingkungan keluarga dan teman sebaya juga dapat menjadi tema
cerita yang menarik bagi anak-anak.
Berdasarkan
kerangka berpikir tersebut, maka penggunaan media gambar sangat efektif untuk
meningkatkan kemampuan bercerita anak. Dengan media gambar anak bisa
menyampaikan dan menjelaskan suatu ide melalui ilustrasi anak tentang gambar
tersebut, dan mampu menceritakannya dengan bahasanya sendiri.
H.Hipotesis Tindakan
Hipotesis
adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalah penelitian,
sampai terbukti melalui data yang terkumpul (Arikunto, 2006 : 71).
Jika siswa TK dibelajarkan dengan menggunakan media gambar dalam
pengembangan bahasa maka kemampuan bercerita mereka akan meningkat secara
signifikan.
|
|
|
I. Setting
Penelitian
a.Subjek, Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Subjek Penelitian
Sesuai
dengan masalah yang diteliti maka penelitian ini dilakukan pada siswa kelompok
B di Taman Kanak-kanak Bahrul
Ulum Surabaya, Tahun Pelajaran 2009-2010. Subjek penelitian ini adalah siswa
kelompok B TK Bahrul Ulum yang berjumlah 30 siswa, yang terdiri dari 18 siswa
laki-laki dan 12 siswa perempuan. Peneliti sebagai pengajar di kelas tertarik
untuk meneliti kelas tersebut dikarenakan memiliki nilai rata-rata kurang pada
pembelajaran bercerita dibanding pada kelompok siswa sebelumnya.
2. Lokasi Penelitian
Penelitian
ini dilakukan di Taman Kanak-kanak Bahrul Ulum Surabaya yang terletak di Jalan
Wiyung II/10 Kecamatan Wiyung Surabaya.
Taman Kanak-kanak Bahrul Ulum ini berada di bawah naungan Yayasan Ta’mir
Masjid Syuhada’. Keadaan
lingkungan di sekitar sekolah dekat dengan masjid dan jalan raya. Status sosial
orang tua siswa rata-rata dari kelompok menengah ke bawah, yang sebagaian besar
adalah pegawai swasta.
3. Waktu penelitian
Penelitian
ini dilaksanakan pada waktu kegiatan belajar mengajar berlangsung, dan
penelitian tersebut dilaksanakan tiga kali dalam seminggu sehingga siswa
sendiri tidak akan merasa bosan dengan pembelajaran bercerita
J. Metode
Penelitian
Pendekatan penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas, dimana
peneliti sebagai guru kelas memberikan perlakukan/tindakan dan melakukan observasi dalam kegiatan
pembelajaran siswa di kelas. Menurut Arikunto, dkk, (2008:83), bahwa penelitian
tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa
sebuah tindakan yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara
bersama-sama. Tindakan tersebut diberikan oleh guru atau dengan arahan dari
guru yang dilakukan oleh siswa
Penelitian dengan judul
“Meningkatkan Kemampuan Bercerita Anak dengan Menggunakan Media Gambar, pada
siswa Kelompok B TK Bahrul Ulum. Dalam kegiatan penelitian ini rancangan
penelitian tindakan kelas merupakan salah satu tahapan melalui 2 siklus yang
diperlukan dalam merencanakan dan melaksanakan penelitian, agar langkah-langkah
yang diambil dapat
dipertanggungjawabkan.
Menurut Nasution (2006:23),
desain penelitian merupakan rencana tentang cara mengumpulkan dan menganalisis
data agar dapat dilaksanakan secara ekonomis serta serasi dengan tujuan
penelitian itu. Model penelitian pada penelitian ini merujuk pada proses
pelaksanaan penelitian yang dikemukakan oleh Kemmis & Taggart (Arikunto,
2007:16-19), yang meliputi menyusun rancangan tindakan (plan), pelaksanaan tindakan (acting),
pengamatan (observing), dan refleksi
(reflecting).ning
K. Prosedur Penelitian dan Definisi Operasional
1.
Variabel Penelitian
Menurut Kerlinger (1997 :
49) variabel adalah suatu simbol atau lambang yang mewakili sifat konsep-konsep
atau konstruks yang memiliki bermacam nilai. Dalam penelitian terdapat dua
variabel yaitu:
a.
Variabel bebas : Media bergambar
b.
Variabel terikat :
Kemampuan bercerita.
2.
Definisi Operasional
a.
Media gambar adalah sebuah alat yang digunakan untuk pembelajaran yang
disajikan dalam bentuk gambar dua dimensi berupa gambar reproduksi bentuk asli
dalam dua dimensi yang berupa foto atau lukisan. Dengan media gambar siswa
mudah terangsang, lebih tertarik dan cepat memahami materi sehingga mampu
merangsang imajinasinya untuk bercerita. Tindakan Penggunaan media gambar dalam
proses pembelajaran meliputi
tahap-tahap sebagai berikut:
1)
Guru
memberikan penjelasan dan motivasi dalam pembelajaran menggunakan media gambar
2)
Guru
menyajikan serangkaian gambar berwarna dua dimensi yang berisi sebuah cerita
3)
Siswa
diminta untuk memperhatikan dengan cermat, selanjutnya siswa diminta
menceritakan tema cerita dalam gambar tersebut
4)
Guru
melakukan pengamatan selama siswa menceritakan materi yang ada dalam media
gambar
5)
Guru
melakukan penilaian mengacu pada lembar penilaian untuk mengetahui kemajuan
kemampuan siswa dalam bercerita
6)
Guru
melakukan refleksi dan evaluasi untuk melakukan perbaikan dan penyusunan
rencana tindakan selanjutnya
b.
Kemampuan
bercerita adalah kelancaran anak untuk menceritakan suatu tema dalam media
gambar dua dimensi secara runtut dengan menggunakan bahasanya sendiri.
Kemampuan bercerita anak dinilai berdasarkan keberanian mengemukakan
gagasannya, gaya bahasa, keruntutan, penggunaan kalimat, dan kejelasan suara.
Kemampuan bercerita anak dinilai dengan kriteria sebagai berikut :
1)
Skor ¶¶¶¶
berarti anak sangat mampu bercerita
2)
Skor ¶¶¶
berarti anak mampu dengan mandiri
3)
Skor ¶¶ berarti anak mampu dengan
dibantu
4)
Skor ¶ berarti anak belum mampu
L. Jenis Data
1.
Pengertian
Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata
medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar (Sadiman, dkk., 2008:6).
Media menurut Gagne (Sadiman,dkk., 2008:6) adalah berbagai jenis komponen dalam
lingkungan siswa yang dapat merangsang untuk belajar. Association for Educational Communicationsand Tehchnology (AECT) (Serial Pustaka Teknologi Pendidikan (2008 : 9) mendifinisikan media sebagai segala
bentuk yang di gunakan untuk menyalurkan informasi. Sesungguhnya media
pembelajaran pada hakekatnya adalah peralatan fisik untuk membawakan atau
menyempurnakan isi pembelajaran. Termasuk di dalamnya, buku, videotape, slide
suara, suara guru, tape recorder, modul atau salah satu komponen dari suatu
sistem komponen.
Media gambar menurut Gerlach & Ely (Smaldino dkk, 1996:21) mengatakan
bahwa gambar tidak hanya bernilai seribu bahasa, tetapi juga seribu tahun atau
seribu mil. Melalui gambar dapat ditunjukkan kepada pembelajar suatu tempat,
orang dan segala sesuatu dari daerah yang jauh dari jangkauan pengalaman
sendiri. Smaldino dkk (1996:21) mengatakan bahwa gambar atau fotogarfi dapat
memberikan gambaran tentang segala sesuatu seperti, binatang, orang, tempat
atau peristiwa. Gambar diam yang pada umumnya digunakan dalam proses belajar
mengajar yaitu, potret, ilustrasi dari buku katalog, gambar cetak. Melalui
gambar dapat di terjemahkan ide-ide abstrak dalam bentuk yang lebih realistis.
Edgar Dale (Anitah, 2008: 8) mengatakan bahwa gambar dapat mengalihkan
pengalaman belajar dari taraf belajar dengan lambang kata-kata ke taraf yang
lebih konkrit (pengalaman langsung).
Media gambar adalah salah satu media pembelajaran dua dimensi yang
merupakan curahan perasaan manusia terhadap benda asli, media gambar dapat
berupa foto atau lukisan. Jadi jelas bahwa media gambar dapat diciptakan oleh
guru sendiri sebagai pengganti bentuk asli atau sebenarnya. Media gambar dapat
dipergunakan secara efektif bila mempunyai tujuan yang jelas, pasti dan
terperinci. Media gambar juga dapat memberikan hasil yang baik karena dapat
merangsang indera lihat dan indera dengar sehingga informasi pelajaran yang
disampaikan oleh guru dapat dipahami oleh peserta didik.
Sedangkan ilustrasi gambar dalam bercerita adalah untuk memperjelas
pesan-pesan yang dituturkan, juga untuk mengikat perhatian anak dalam jalannya
cerita (Moeslichatoen, 2004:159). Media gambar yang dipakai dalam penelitian
ini adalah gambar diam yang tidak diproyeksikan, manfaat gambar sebagai media
visual karena gambar dapat menimbulkan daya tarik bagi pelajar, mempermudah
pengertian pelajar, memperjelas bagian-bagian penting serta dengan gambar mampu
menyingkat suatu uraian yang panjang (Anitah, 2008: 9)
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa media gambar adalah
sebuah alat yang digunakan untuk pembelajaran yang disajikan dalam bentuk
gambar dua dimensi dengan tujuan untuk merangsang siswa agar lebih tertarik dan
cepat memahami materi sehingga mampu merangsang imajinasinya untuk bercerita. Dengan
menggunakan media gambar akan mempermudah anak untuk berilustrasi dan
menuangkan semua imajinasinya untuk mengetahui rangkaian cerita.
2. Fungsi dan Manfaat Media Gambar
Media gambar berfungsi sebagai alat bentuk visual dalam kegiatan belajar
mengajar, yaitu berupa gambar atau sarana yang dapat memberikan pengalaman
visual bagi siswa, di antaranya untuk mendorong motifasi belajar, memperjelas
dan mempermudah konsep yang abstrak serta mempertinggi daya serap belajar.
3. Keterkaitan Metode Bercerita dengan Media
Gambar
Sesungguhnya proses belajar mengajar di TK itu menyenangkan dengan
menggunakan alat atau media pembelajarannya sehingga dapat menstimulasi dan
memotivasi anak agar dapat tercapainya tujuan pembelajaran dalam setiap kegiatan yang direncanakan guru.
Kegiatan bercerita sangat disenangi anak-anak, karena didalamnya terdapat
tokoh-tokoh dan jalan cerita yang menarik juga bervariasi sehingga dapat
memberikan pengalaman sekaligus informasi yang baru bagi mereka. Media gambar
merupakan alat yang dapat menunjang kegiatan bercerita. Di dalam media gambar
tersebut terlihat berbagai gambar yang menarik sehingga membuat mereka senang
dan siap untuk mendengarkan cerita ibu guru.
4. Media Gambar sebagai alat sumber belajar
Media gambar merupakan wujud atau alat (media) untuk belajar bagi
anak-anak usia dini. Media belajar pada anak usia dini pada umumnya
merupakan alat-alat permainan. Pada prinsipnya media belajar berguna untuk
memudahkan siswa belajar memahami sesuatu yang mungkin sulit/menyederhanakan
sesuatu yang kompleks (Suyanto, 2008:40).
Pembelajaran anak usia dini memerlukan sebuah media dan media belajar yang
digunakan tidak harus mahal, bahkan dapat diperoleh dari benda-benda yang tidak
dipakai tetapi harus dibuat menarik sehingga anak-anak senang dengan kegiatan
belajar tersebut. Sedangkan sumber belajar merupakan tempat anak untuk memperoleh
informasi, sikap, dan ketrampilan yang ia pelajari (Suyanto, 2008:39).
Sumber belajar yang dapat menunjang kegiatan belajar di Taman Kanak-kanak
antara lain meliputi perpustakaan dan berbagai hal yang ada dilingkungan
sekitar seperti sawah, bengkel, musium, dan workshop
juga dapat digunakan untuk belajar anak.
5. Bercerita dengan menggunakan gambar-gambar
Gambar-gambar
yang dipergunakan sebagai alat peraga, ada dalam sebuah buku dan merupakan
gambar seri yang melukiskan jalanya cerita. Sambil bercerita guru
memperlihatkan gambar itu satu persatu, sesuai bagian yang diceritakannya. Guru
hendaknya selancar mungkin bercerita sehingga anak tidak merasa bahwa ceritanya
terputus-putus.
Moeslichatoen
(2004:158-159) menjelaskan bahwa cerita yang disampaikan pada anak TK hendaknya
jangan terlalu panjang dan terinci
dengan menambahkan ilustrasi gambar dari buku yang dapat menarik perhatian
anak, maka teknik bercerita akan berfungsi dengan baik. Untuk menjadi pencerita
yang baik guru TK memerlukan persiapan dan latihan penggunaan ilustrasi gambar
dalam bercerita dimaksudkan memperjelas pesan-pesan yang ditentukan dan untuk
mengikat perhatian anak pada jalannya cerita.
M. Pengumpulan data
Baik buruknya hasil suatu penelitian sebagian
tergantung dari teknik-teknik pengumpulan datanya. Teknik pengumpulan data
dalam penelitian ilmiah bermaksud memperoleh bahan-bahan yang relevan, akurat
dan reliabel. Untuk memperoleh data seperti yang dimaksud itu, perlunya penelitian menggunakan
teknik-teknik, prosedur-prosedur, alat-alat serta kegiatan-kegiatan yang dapat
diandalkan (Hadi, 1998 : 25)
1. Metode Observasi
Dalam
penelitiam ini metode yang digunakan untuk memperoleh data,yaitu metode
observasi. Di dalam pengertian psikologi menurut Arikunto (2007:156) observasi
atau yang disebut pula dengan pengamatan, meliputi kegiatan pemusatan perhatian
terhadap sesuatu objek dengan menggunakan seluruh panca indera.
Menurut
Arikunto (2007:157) observasi dibedakan menjadi dua, yaitu:
a.
Observasi
non-sistematis, yaitu yang dilakukan oleh pengamat dengan tidak menggunakan
instrument pengamatan.
b.
Observasi
sistematis, yaitu yang dilakukan oleh pengamat dengan menggunakan pedoman
sebagai instrumen pengamatan.
Pada
penelitian ini peneliti menggunakan jenis observasi sistematis untuk mengamati
guru dan siswa dalam proses kegiatan belajar mengajar dengan memanfaatkan buku
cerita bergambar. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan lembar data
observasi untuk siswa dan untuk guru.
2. Dokumentasi
Studi dokumentasi, digunakan untuk menggali data-data yang berkaitan dengan jumlah
siswa, prestasi belajar sebelumnya, jadwal kegiatan pembelajaran (SKH dan SKM),
foto-foto kegiatan serta data-data lain yang relevan dengan tujuan penelitian
ini.
N. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian tindakan kelas ini terdiri dari
2 siklus. Tiap siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang ingin dicapai.
Untuk melihat kemampuan bercerita anak dilakukan tes. Hasil tes sebagai dasar
untuk menentukan tindakan yang tepat dalam rangka meningkatkan kemampuan
bercerita anak
1.
Prasiklus
Pada tahap prasiklus ini peneliti
melakukan identifikasi masalah, mencakup: mengenali kemampuan awal siswa,
melakukan evaluasi pada kegiatan pembelajaran sebelum, dan RPP sebagai bahan
untuk melakukan perencanaan pada siklus-1 pada penelitian tindakan kelas.
2.
Siklus I
Pada tahapan siklus-1, langkah-langkah yang dilakukan
peneliti meliputi beberapa kegiatan, antara lain :
a.
Perencanaan
:
1) Merencana
Pelaksanaan Pembelajaran.
2) Merencanakan
pembelajaran dengan menggunakan media gambar.
3) Menyediakan
media gambar.
4) Membuat
instrumen observasi
5) Membuat
lembar penilaian
6) Membuat
lembar evaluasi pembelajaran.
b.Tindakan:
1) Guru
mengimplementasikan RPP dengan menggunakan media gambar untuk pembelajaran.
2) Siswa
menggunakan media gambar sebagai panduan mengembangkan kemampuan menceritakan
peristiwa dalam gambar secara runtut, sesuai urutan dan tema dalam media gambar
tersebut dengan bahasanya sendiri.
b.
Pengamatan
/ Observasi:
1) Tindakan
guru mengamati siswa selama proses pembelajaran.
2) Menilai
hasil belajar siswa dengan menggunakan alat evaluasi pembelajaran.
c.
Evaluasi
dan Refleksi :
Mengadakan evaluasi dan refleksi dari kegiatan perencanaan, pelaksanaan,
dan observasi yang dikonsultasikan dengan Pembimbingn Penelitian.
Hasil evaluasi dan refleksi pada siklus I digunakan sebagai acuan dalam
menyusun perencanaan pada siklus-2
3.
Siklus II
a. Perencanaan :
1) Mengumpulkan
data yang diperlukan.
2) Melakukan
perbaikan pada RPP dengan menggunakan media pembelajaran gambar.
3) Menyediakan
media pembelajaran gambar hewan
4) Membuat
instrumen observasi
5) Membuat
lembar penilaian
6) Membuat
lembar evaluasi pembelajaran.
b. Tindakan:
1)
Peneliti mengimplementasikan RPP dengan menggunakan
media pembelajaran gambar yang telah diperbaiki dengan lebih intensif
2)
Siswa menggunakan media gambar sebagai panduan mengembangkan
kemampuan menceritakan peristiwa dalam gambar secara runtut, sesuai urutan dan
tema dalam media gambar tersebut dengan bahasanya sendiri.
c. Observasi:
1)
Peneliti melakukan pengamatan selama siswa
menjalankan proses pembelajaran dengan menggunakan media gambar.
2)
Melakukan penilaian hasil belajar siswa dengan
menggunakan lembar penilaian pembelajaran.
d. Evaluasi dan Refleksi :
Mengadakan evaluasi dan refleksi dari kegiatan perencanaan, pelaksanaan,
dan observasi yang dikolaborasikan dengan Pembimbing Penelitian. Jika hasil
evaluasi dan refleksi siklus-2 dianggap sudah memadai dalam arti sudah memenuhi
indikator kinerja penelitian, maka cukup sampai pada siklus-2. Namun, bila
hasil evaluasi dan refleksi siklus-2
dianggap belum memenuhi indikator kinerja penelitian, maka tindakan dapat dilanjutkan
ke siklus-3.
Siklus-siklus dalam Penelitian
Tindakan Kelas dapat divisualisasikan
seperti bagan berikut ini :
Rekomendasi
|
Perencanaan
|
Refleksi
|
Tindakan
|
Pengamatan
|
SIKLUS-1
|
Perencanaan
|
Refleksi
|
Tindakan
|
Pengamatan
|
SIKLUS-2
|
Gambar 3.1. : Langkah-langkah Siklus dalam Tindakan Kelas (Kemmis & Taggart)
Sumber : Suharsimi Arikunto (2007:16-19)
O. Indikator Pencapaian
Indikator pencapaian dalam penelitian ini adalah
nilai minimal pencapaian siswa dalam kemampuan bercerita yang ditetapkan dengan
tanda ¶¶¶.
Tindakan dianggap telah mencapai indikator kinerja bila 70% siswa telah mampu
mencapai ketuntasan penilaian tersebut. Penetapan indikator pencapaian ini
disesuaikan dengan kondisi sekolah, seperti batas minimal nilai yang dicapai
dan ketuntasan belajar bergantung pada guru kelas yang secara empiris tahu
betul keadaan murid-murid di kelasnya (sesuai dengan KTSP).
Untuk mengetahui hasil tes
siswa dalam pembelajaran rata-rata kelas digunakan kriteria pemberian skor
sebagai berikut:
Tabel 3.4. : Sistem penilaian
kemampuan siswa bercerita
Skor
|
Kode
|
Kriteria
|
Kategori
|
76-100
|
A
|
Sangat mampu
|
¶¶¶¶
|
51-75
|
B
|
Mampu dengan mandiri
|
¶¶¶
|
26-50
|
C
|
Mampu dengan dibantu
|
¶¶
|
0-25
|
D
|
Belum mampu
|
¶
|
|
|
DAFTAR PUSTAKA
|
|
Andrade,
J. and May, J., 2004. Cognitive
Psychology. BIOS Scientific Publishers. London
Anitah,
S. 2008. Media Pembelajaran. Surakarta ; LPP
UNS Press
Arikunto, S. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara
Arikunto, S. 2008.
Evaluasi Program Pendidikan. Jakarta
: Bumi Aksara.
Bachtiar, B. S.
2005. Pengembangan Kegiatan Bercerita, Teknik dan Prosedurnya. Jakarta:
Depdikbud
Dale, E. 1993. Audio Visual Methods in Teaching.
New York-Chicago-San Francisco-Toronto-London Holl. Richard and Winston
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1996. Metode Khusus Pengembangan Kemampuan Berbahasa.
Jakarta
Departemen Pendidikan Nasional. 2000. Permainan Membaca Dan Membaca Di Taman
Kanak-kanak. Jakarta: DEPDIKNAS
Gordon, W. 2006. Speed Reading
Better Recalling. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Hadi, S.
2000. Statistik Jilid 2. Yogyakarta :
Andi Offset
Hamalik, O. 1989. Media Pendidikan.. Bandung : Aditya Bakti
Kerlinger, F. N.
1997. Asas-asas Penelitian Behavioral. Terjemahan : L.R Simatupang. Yogyakarta
: Gadjah Mada University Press.
Moeslichatoen, R. 2004. Metode Pengajaran Di Taman Kanak-kanak. Jakarta: Rineka Cipta
Musfiroh, T. 2005. Bercerita Untuk Anak Usia Dini. Jakarta: Depdiknas.
Purwanto, N 1989. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran.
Bandung : Remaja Karya
Rahmah, H.
S. 2005. Pendidikan Anak Usia Dini.
Yogyakarta: IGTKI Press.
|